Minggu, 22 Mei 2011

DISKRIPSI SEGMENTASI PERUSAHAAN

DESKRIPSI SEGMENTASI PASAR SEBUAH PERUSAHAAN

segmentasi adalah melihat pasar secara kreatif, segmentasi merupakan seni mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang-peluang yang muncul di pasar. Pada saat yang sama segmentasi merupakan ilmu (science) untuk memandang pasar berdasarkan variabel geografis, demografis, psikografis dan perilaku.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan karena beberapa alasan; pertama, segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan membagi pasar menjadi segmen-segmen akan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani. Selain itu segmentasi memungkin perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peta kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan.
Kedua, segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi. Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan acuan dalam penentuan positioning. Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.
a.      sejarah Singkat Perusahaan Rokok Djarum Kudus
Salah satu hal yang paling dikenal di Indonesia adalah perusahaan rokok kretek, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang memiliki manufaktur dan pengemasan yang terletak di kota Kudus, Indonesia, tempat kelahiran rokok kretek. Sementara perusahaan rokok kretek yang lain yang lebih besar, baik seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh keturunan langsung dari keluarga pendiri asli, pemilik Djarum sekarang tidak punya hubungan apa pun dengan orang-orang yang pertama kali mendirikan usaha ini.
Perusahaan ini awalnya bernama Djarum Gramophon, tetapi ketika perusahaan Djarum ini diakuisisi pada tahun 1951 oleh Oei Wie Gwan, ayah dari pemilik sekarang, dia memendekkan namanya menjadi Djarum saja. Wie Gwan memulai usaha Djarum ini dengan tujuh puluh karyawan dan sejak awal ia terus mencengkeram seluruh aspek produksi rokok kretek, rumusan campuran tembakau Djarum tersendiri, campuran cengkeh Djarum tersendiri untuk memastikan bahwa kualitas dari rokok kreteknya berbeda dengan yang lain dan bisa dipertahankan. Perusahaan merek pertama adalah Djarum dan Kotak Adjaib dan awalnya mereka hanya dijual di wilayah Kudus.
Karena mereka menyadari kebutuhan akan manajemen yang profesional, Wie Gwan putra, Budi dan Bambang menyewanya dengan harga pasar pasar terbaik saat itu dan pada tahun 1970, mereka mendirikan departemen penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan produk tembakau Djarum yang baru sekaligus inovatif. Budi dan Bambang juga melihat bahwa saat itu Indonesia bisa menyediakan pasar yang besar bagi rokok kretek Djarum mereka, bahkan potensi untuk ekspor Djarum lebih besar. Pada tahun 1972, mereka mulai mengekspor eceran rokok kretek lintingan Djarum untuk tembakau di seluruh dunia, dari Jepang ke Belanda dan merek rokok kretek yang paling terkenal di luar Indonesia, dengan jarum gramofon yang terkenal disertai logo sebuah pemandangan di tobacconists yang jauh dan luas.
Pada pertengahan 1970-an, Budi dan Bambang dengan cepat menyadari bahwa jika mereka ingin tetap berkompetitif, mereka harus mengikuti petunjuk dan mekanisasi Bentoel. Rokok kretek pertama mereka yang dibuat dengan mesin adalah Djarum Filter yang kemudian diluncurkan pada tahun 1976, diikuti pada tahun 1981 oleh Djarum Super, yang pada saat itu menjadi best seller rokok kretek filter Indonesia.
Sejauh ini produk mereka termasuk innovativer. Djarum Kretek adalah cerutu pertama di dunia cerutu yang dibumbui dengan cengkeh. Pada tahun 1984, perusahaan mengirimkan dua karyawannya ke Kampen Oud pabrik cerutu di Belanda untuk mempelajari seluk-beluk membuat Cigarillos. Butuh beberapa waktu untuk menyempurnakan seni campuran tembakau cerutu dengan cengkeh tetapi akhirnya Djarum mendapatkan formula yang tepat dan memperkenalkan rokok kretek itu kepada publik. Sejarah Perusahaan Djarum Kudus
  1. Targeting Positioning
positioning adalah suatu strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan perbedaan (differents), keuntungan (advantages), manfaat (benefit) yang membuat konsumen selalu ingat dengan suatu produk. Dengan kata lain sebagai usaha menempatkan sesuatu dalam pikiran orang dengan terlebih dahulu memberikan informasi tentang segala sesuatu seperti fasilitas, program yang diberikan.
Dalam menentukan positioning ada empat tahap yaitu: identifikasi target, menentukan frame of reference pelanggan (siapa diri), merumuskan point of differentiation Mengapa konsumen memilih perusahaan, menetapkan keunggulan kompetitif produk bisa dinikmati sebagai sesuatu yang beda.
Jadi, positioning perusahaan djarum adalah memberikan perbedaan rasa dan kualitas pada rokok agar penikmat terus ingat dengan rokok itu dan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari konsumen dan perusahaan rokok yang lainnya.



RINGKASAN PROPOSAL PENELITIAN

Ringkasan Artikel Penelitian

Nama           : Mahsunah
NIM   : 209138

Judul Artikel
Pengajian Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menengah Yang Berbasis Pengembangan Ekonomi Lokal
Tujuan penelitian
Mengkaji komuditas unggulan daerah yang memiliki potensi untuk ditingkatkan daya saingnya, dan mengkaji model – model pengembangan ekonomi lokal dalam meningkatkan daya saingnya.
Variable Penelitian
·     Factor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi local, mencakup pendapatan asli daerah (PAD), anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), produk domestic regional bruto (PDRB) dan jumlah tenaga kerja.
·     Komoditas unggulan, berupa keunggulan komparatif dan kompetitif.
·     Sentra, meliputi nilai insvetasi, jumlah unit kerja, jumlah tenaga kerja, nilai bahan baku,dan nilai produksi.
·     UKM di wilayah sentra, mencakup aspek tenaga kerja, produksi, permodalan, pemasaran, persaingan dan kewirausahaan.
Populasi
·     Jumlah UKM di dalam sentra rata-rata diatas 37 orang PKM.
·     Jumlah omset penjualan atau nilai produksi dari seluruh UKM di dalam sentra rata-rata diatas Rp. 2.737.500 per tahun.
·     Jumlah tenaga kerja didalam sentra rata-rata diatas 147 orang
·     Jumlah tambahan investasi didalam sentra rata-rata diatas Rp. 52.000.000 per tahun.    
Sample
Tersedianya hasil inventarisasimodel pengembangan UKM yang berbasis pada pengembangan ekonomi local, tersedianya hasil identifikasi model pengembangan ekonomi local dalam meningkatkan daya saingnya, tersedianya hasil kajian mengenai komoditas unggulan daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan daya saingnya, dan tersedianya model pengembangan ekonomi local dalam meningkatkan daya saing UKM. 
Sampling Method
Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif, artinya mampu mengembangkan ekonomi daerahnya dan memberi iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha, terutama usaha kecil dan menengah.
Hasil / Temuan Penelitian
Meliputi diskripsi responden,gambaran umum UKM, perekonomian local, daya saing, komuditas unggulan, kebijakan financial pemerintah kabupaten/kota, dan dinamika sentra UKM  
Keterbatasan
Kebijakan pengembangan UKM masih mengalami distorsi, sehingga tujuan dan sasarannya belum tercapai secara optimal. 

daftar praktikum TI kelas B EI STAIN KUDUS 2011

NAMA    NIM
Siti Muslikhah    209127
Munjayanah    209128
Imam sahal    209129
Nihayatus shaumi    209130
Khusnul khotimah    209131
Moh aid fadli     209132
Ida rhotun nikmah    209133
Umi salamah    209134
Milkhatin najikhah    209135
Umi salamah    209136
Mahsunah     209137
Muhammad nurudin     209138
Uswatun khasanah    209139
Dony sanjaya    209140
Aksinul huda    209141
Muslikhah    209142
Coco nonoice j    209143
Santi mawarni    209144

makalah manajemen operasional

A.       PENDAHULUAN
Apabila pemimpin perusahaan menginginkan perusahaannya berhasil maka dua hal yang menjadi pusat kerja yang digunakan dalam kegiatan pengolahan. Kehematan dan keberhasilan tersebut tergantung kepada daya hasil mesin-mesin. Dan yang dimiliki sumber daya manusia adalah satu dari berbagai penentu terpenting daya-hasil yang dimiliki perusahaan secara keseluruhan.
Daya-hasil (productivity) dapat digunakan untuk mnentukan apakah seorang pekerja sudah bekerja dengan baikatau belum. Untuk keperluan ini harusnya ditetapkan suatu tolak ukur atau acuan (standard) terhadap mana daya-hasil yang sebenarnya dimiliki seorang pekerja akan dibandingkan. Daya-hasil yang lebih rendah dari pada tolak ukur atau acuan tersebut merupakan satu bentuk kerugian didalam pendaya-gunaan sumberdaya manusia oleh perusahaan. Semakin dekat tingkat daya-hasil yang sebenarnya (actual productivity) dengan daya hasil yang seharusnya (standard productivity) maka semakin baik pula kegiatan operasi dan produksi perusahaan.
Dalam penentuan tolak ukur atau acuan ini, yang harus dilakukan adalah pengukuran pekerjaan (work measurement) untuk berbagi pekerjaan yang ada dalam keseluruhan kegiatan pengolahan.[1]

B.       RUMUSAN MASALAH
1.    Pengertian pengukuran kerja
2.    Standar pekerja yang ditetapkan :
a.    Pengalaman masa lalu
b.    Studi waktu
c.    Standar waktu yang telah ditentukan
d.    Pengambilan waktu kerja

C.       PEMBAHASAN
A.     Pengertian Pengukuran Kerja
            Pengukuran kerja (work measurment) adalah penentuan daya-hasil yang seharusnya atau yang semestinya dimiliki sumberdaya manusia pada kegiatan pengolahan.[2] Terdapat berbagai dasar yang dapat digunakan sebagai panduan didalam pengukuran pekerjaan tersebut. Apabila misalnya ukuran daya-hasil yang akan dijadikan tolak ukur atau acuan itu adalah tingkat yang ditunjukkan oleh pekerja terbaik dilingkungan pekerjaan, atau tingkat tertinggi yang dapat dicapai oleh salah satu pekerja terbaik, maka tolak ukur atau acuan itu akan menimbulkan masalah. Sebagian besar pekerja tidak akan dapat mencapai tingkat tersebut. Sehingga dengan menggunakan data hasil itu sebagai pedoman maka kemampuan menghasilkan yang ditunjukkan oleh seluruh pekerjadidalam perusahaan tidak akan pernah memuaskan.
            Manajemen operasi yang efektif membutuhkan standar yang dapat membantu perusahaan untuk menentukan:
1.    Proporsi pekerja dari setiap barang yang diproduksi (biaya pekerja)
2.    Kebutuhan staf (berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang dibutuhkan).
3.    Perkiraan biaya dan waktu sebelum produksi dilaksanakan (untuk membantu mengambil beragam keputusan, dari perkiraan biaya hingga ke keputusan untuk membuat sendiri atau membeli).
4.    Jumlah kru dan keseimbangan pekerjaan (siapa mengerjakan apa dalam satu aktifitas kelompok atau pada satu lini produksi).
5.    Tingkat produksi yang diharapkan (sehingga baik menejer dan pekerja tahu apa saja yang termasuk dalam satu hari kerja normal).
6.    Dasar perencanaan insentif pekerja (apa yang menjadi acuan untuk memberikan insentif yang tepat).
7.    Efisiensi karyawan dan pengawasan (sebuah standar diperlukan untuk mengetahui apa yang digunakan dalam penentuan efisiensi).
            Standar pekerja yang ditetapkan secara benar, mewakili waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja rata-rata untuk melaksanakan aktifitas tertentu dibawah kondisi kerja normal. Standar pekerja ditetapkan dengan empat cara:
1.      Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Standar pekerja dapat diperkirakan berdasarkan pengalaman masa lalu yaitu berapa jam yang dibutuhkan pekerja untuk melakukan suatu pekerjaan. Standar masa lalu mempunyai kelebihan, karena secara relatif mudah dan murah didapatkan. Standar masa lalu ini biasanya didapatkan dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Walaupun demikian, standar ini tidak objektif dan kita tidak mengetahui keakuratannya, apakah mereka mencerminkan kecepatan kerja yang layak atau yang buruk, dan apakah kejadian yang tidak biasa terjadi sudah dimasukkan dalam perhitungan. Karena variabel ini tidak diketahui, penggunaan teknik ini tidak dianjurkan. Sebagai penggantinya, studi waktu, standar waktu yang telah ditentukan, dan pengambilan sampel kerja lebih dianjurkan.[3]

2.      Studi Waktu (Time Studies)
Pengambilan waktu dengan menggunakan stopwatch atau atudi waktu, yang pada awalnya dikenalkan oleh Frederick W. Taylor ditahun 1881, masih menjadi metode yang paling banyak digunakan hingga sekarang. Prosedur studi waktu (time studies) menggunakan contoh sampel kinerja seorang pekerja dan menggunakannya sebagai standar. Seorang pekerja yang terlatih dan berpengalaman dapat menerapkan standar dengan delapan langkah berikut:
1.    Definisikan pekerja yang akan diamati (setelah analisis metode dilakukan).
2.    Bagi pekerjaan menjadi elemen yang tepat (bagian dari pekerjaan yang sering membutuhkan tidak lebih dari beberapa detik).
3.    Tentukan berapa kali akan dilakukan pengamatan (jumlah siklus atau sampel yang dibutuhkan).
4.    Hitung waktu dan catat waktu elemen serta tingkat kinerja.
5.    Hitung waktu siklus rata-rata. Waktu siklus rata-rata (average observed cycle time) merupakan rata-rata aritmetika dari waktu setiap elemen yang diukur, yang disesuaikan dari pengaruh yang tidak biasa untuk setiap elemen:

6.    Tentukan tingkat kinerja dan kemudian hitung waktu normal (normal time) untuk setiap elemen.

makalah tasawuf pada zaman kontemporer

BAB I
PENDAHULUAN


A.        Latar Belakang Masalah
Tasawuf merupakan salah satu bagian dari ajaran Islam, yang secara keilmuan lahir di kemudian hari melalui proses yang panjang dengan dinamikanya sendiri. Kelahirannya sebagai perwujudan dari pemahaman al-Qur'an dan al-Hadits, sesuai dengan konteks zamannya.
Ada tiga ajaran pokok tasawuf, yakni tentang Tuhan, manusia dan dunia. Ketiga-tiganya mempunyai hubungan sistemik. Tuhan itu Ruhani Yang Maha Suci, oleh karena itu yang dapat mendekati dan mengenal-Nya ialah ruh (instuisi) manusia yang suci dari hal-hal yang mengotorinya. Dengan demikian diperlukan upaya pembersihan diri.
Secara essensial tasawuf mempunyai ajaran sosial, seperti al-Futuwwah (sikap kepahlawanan) dan al-Itsar (sikap mementingkan orang lain). Sikap eksklusif dan penarikan diri dari keramaian dunia pada masa awal pembentukan tasawuf bisa diberi makna sebagai sikap kepedulian sosial dan merupakan proses secara passip terhadap ketimpangan sosial dan politik pada waktu itu.
Tanggung jawab sosial tasawuf pada masa sekarang (kontemporer) tidak lagi hanya bersifat passip sebagaimana pada masa awal tasawuf, namun pada abad XXI tasawuf dituntut untuk bersikap aktif dalam memecahkan semua problema kehidupan modern, seperti kehampaan spiritual, dekadensi moral, persoalan politik, pluralisme, khususnya pluralisme agama, dan tanggung jawab intelektual[1].
Dengan latar belakang tersebut, maka dipandang perlu untuk mengaktualkan ajaran tasawuf sesuai dengan tuntutan zamannya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam Bab II Pembahasan.

B.       Rumusan Masalah
Dari Pendahuluan di atas, dapat ditarik permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun permasalahannya adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana perkembangan tasawuf di zaman kontemporer?
2.    Bagaimana tanggung jawab sosial tasawuf pada masa sekarang (kontemporer)?

BAB II
PEMBAHASAN

A.             Perkembangan Tasawuf di zaman kontemporer
Tasawuf mempunyai potensi besar karena mampu menawarkan pembahasan spiritual, mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal Tuhannya. Dan ini merupakan pegangan hidup manusia yang paling ampuh, sehingga tidak terombang-ambingkan oleh badai kehidupan ini. Ia menjadi penuntun hidup bermoral, sehingga dapat menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi ini.
Kembali kepada sejarah bahwa lahirnya tasawuf sebagai fenomena ajaran Islam – diawali (secara internal) dari ketidakpuasan terhadap praktek Islam yang cendrung formalisme dan legalisme, dan juga sebagai reaksi terhadap ketimpangan politik, moral, dan ekonomi di kalangan umat Silam, khususnya di kalangan penguasa. Pada saat dmeikian tasawuf tampil memberikan solusi.
Solusi tasawuf terhadap formalisme dan legalisme dengan spiritualitasi ritual, pembenahan dan transformasi tindakan fisik ke dalam tindakan batin. Sedangkan reaksi terhadap sikap politik, penguasa dan ekonomi sebagai akibat diraihnya kemakmuran, yang menimbulkan sikap kefoya-foyaan materiil, adalah dengan penampakan sikap isolasi diri dari hiruk pikuknya kehidupan yang berorientasi dunawi, dan menanamkan sikap sedia miskin.
Gerakan tersebut di satu sisi bisa dikatakan sebagai reaksi sosial, dan di sisi lain bisa dikatakan sebagai tanggung jawab sosial. Gerakan seperti ini adalah cocok pada masa itu, namun pada masa sekarang perlu dipertanyakan.
Sebenarnya gerakan seperti tersebut merupakan gerakan individual. Padahal pengingkaran kekayaan adalah tidak mungkin, tidak praktis dan hanya bersifat individual. Desakan etika mencari yang halal untuk melegitimasikan kemiskinan itu adalah sikap ketidakberdayaan kaum tertindas sebagai keompensasi atas penderitaan dari dua hal, materialisme dan spitirtualisme.
Ketika hal ini dibicarakan, maka akan teringat pendapat Emile Durkheim, bahwa pemikiran dan perkembangan pribadi tidak bisa terlepas sama sekali dari setting sosialnya (Doyle, Paul Johasan, 1994, Emile Durkheim, 1993)
Tasawuf pada masa sekarang mempunyai tanggung jawab sosial lebih berat dari pada masa lalu. Untuk memberi jawaban bagaimana tanggung jawab sosial tasawuf pada zaman modern ini, maka terlebih dahulu akan diketengahkan bagaimana ciri masyarakat modern itu.
Masyarakat modern ditandai oleh lima ciri pokok, yakni:
1.        Berkembangnya massa culture.
2.        Tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak, manusia bergerak menuju perubahan masa depan.
3.        Tumbuhnya kecenderungan berpikir rasional.
4.        Tumbuhnya sikap hidup yang materialistik.
5.        Meningkatnya laju urbanisasi. (Atha' Muzhar, 1993).[2]

B.       Tanggung jawab sosial tasawuf pada masa sekarang (kontemporer)
1.    Tanggung jawab spiritual
Husen Nasr dalam "Islam and tha Pligh of Modern Man" menyatakan bahwa akibat masyarakat modern yang mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan mereka berada dalam wilayah pinggiran eksistensinya sendiri, bergerak menjauh dari pusat, sementara pemahaman agama yang berdasarkan wahyu mereka tinggalkan, hidup dalam keadaan sekuler. Masyarakat yang demikian adalah masyarakat Barat yang dikatakan the Post Industrial Society telah kehilangan visi keilahian (Komaruddin).
Kehilangan visi keilahian ini bisa mengakibatkan timbulnya gejala psikologis, yakni adanya kehampaan spiritual. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat nasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan vital yang hanya bisa digali dari sumber wahyu Ilahi.
Melihat gejala manusia modern yang penuh problema tersebut, Husen Nasr, seorang ulama' Iran menawarkan alternatif terapi agar mereka mendalami dan menjalankan praktek tasawuf. Sebab tasawuflah yang dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan spiritual mereka. Dalam pandangan tasawuf, penyelesaian dan perbaikan keadaan itu tidak dapat tercapai secara optimal jika hanya dicari dalam kehidupan lahir.
Dalam tasawuf terdapat prinsip-prinsip positif yang mampu mengembangkan masa depan manusia, seperti introspeksi (muhasabah) baik dalam kaitannya dengan masalah-masalah vertikal maupun horizontal, kemudian meluruskan hal-hal yang kurang baik.

2.    Tanggung jawab Etik
Sebagai akibat modenisasi dan industrialisasi, kadang manusia mengalami degradasi moral yang dapat menjatuhkan harkat dan martabatnya. Kehidupan modern seperti sekarang ini sering menampilkan sifat-sifat yang kurang dan tidak terpuji, terutama dalam menghadapi materi yang gemerlap ini. Sifat-sifat yang tidak terpuji tersebut adalah al-hirsh, al-hasud dan riya'.
Cara menghilangkan sifat-sifat tersebut ialah dengan mengadakan penghayatan atas keimanan dan ibadahnya, mengadakan latihan secara bersungguh-sungguh, berusaha merubah sifat-sifatnya itu dengan mencari waktu yang tepat.
Memang diakui oleh para ahli tasawuf, bahwa manusia dalam kehidupanmya selalu berkompetisi dengan hawa nafsunya yang selalu ingin menguasainya. Agar hawa nafsu seseorang dikuasai oleh akal yang telah mendapat bimbingan wahyu, maka dalam dunia tasawuf diajarkan berbagai cara, seperti riyadhah (latihan) dan mujahadah (bersungguh-sungguh) sebagai sarana untuk melawan hawa nafsunya tadi. Cara pembinaannya melalui tiga tahapan, yakni tahap pembersihan dan pengosongan jiwa dari sifat-sifat tercela (takhalli), tahap kedua ialah penghiasan diri dengan sifat-sifat terpuji (tahalli) dan ketiga tercapainya sinar Ilahi (tajalli).
3.    Tanggung jawab Politik
Tasawuf pada masa sekarang tidak lagi menjauhi kekuasaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para sufi klasik. Akan tetapi tampil di tengah-tengah percaturan politik dan masuk ke dalam "kekuasaan". Sebab menjauhinya menunjukkan ketidakberdayaan dan kelemahan. Apabila pada masa klasik ada fatwa untuk menjauhi dan bersikap oposan terhadap kekuasaan, hal itu sedikit bisa dibenarkan karena kekuasaan pada waktu itu bersifat individual, sementara itu kini kekuasaan bersifat kolektif.
4.    Tanggung jawab Pluralisme Agama
Satu hal lain yang menjadi kenyataan masyarakat dunia adalah masyarakat majemuk (plural), yakni masyarakat yang beraneka ragam, baik agama, suku, daerah, adat istiadat, maupun yang lainnya.
Pluralitas masyarakat modern dipandang sebagai sesuatu yang wajar, sebab telah menjadi sunnatullah, tidak ada hidup tanpa pluralitas dalam arti antar umat. Dan dalam pengertian yang sudah luas lagi, pluralitas dalam berbagai bidang pun tidak bisa dipungkiri lagi, seperti ras, suku, watak, dan sebagainya. Di sini tasawuf akan melihat hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang berasal-usul satu, yakni Adam a.s.
Khusus mengenai pluralitas agama, disebutkan dalam al-Qur'an bahwa kebenaran universal yang tunggal bagi semua ajaran agama ialah prinsip tauhid, yaitu pengesaan Tuhan dan kesatuan umat (Q.S. al-Anbiya' : 92). Prinsip inilah yang dibawa oleh semua Nabi dan Rasul Allah SWT. Karena prinsip ajaran mereka sama, maka para pengikut semua Nabi dan Rasul itu adalah umat yang satu atau tunggal. Dengan kata lain, konsep kesatuan dasar ajaran membawa konsep kesatuan kenabian dan kerasulan, kemudian membawa kepada kesatuan umat yang beriman.
Konsep tauhid mempunyai implikasi praktis dalam bermuamalah, yakni keharusan menyadari adanya berbagai perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu sebenarnya tidak perlu dipertentangkan, akan tetapi diambil makna positifnya yang dalam al-Qur'an dinyatakan agar dijadikan alat pembeda dan justru dengan itu akan mudah mengenal satu sama lain dengan identitas yang dimilikinya.
5.    Tanggung jawab Intelektual
Tuntutan yang muncul dari akibat modernisasi dan industrialisasi tersebut, ialah pengembangan kemampuan intelektual muslim sehingga memiliki kemampuan dialogis dan fungsional terhadap perkembangan IPTEK.
Secara epistimologis tasawuf memakai methode intuitif, yang pada abad ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dan rasionalisme dan empirisme dan membantunya untuk melakukan terobosan baru dalam berbagai hal.[3]
Diakui bahwa intuisi itu berbeda, karena akal maupun indera merupakan insturmen yang lebih berkompeten untuk menghadapi obyek-obyek materi serta hubungan-hubungan kuantitatif.
David Truebood menjelaskan, paling tidak ada tiga hal yang harus dipenuhi agar kebenaran pengetahuan intuitif ini dapat diterima, di antaranya :
1.      Moralitas subyek
2.      Akal sehat
3.      Keahlian subyek secara tepat.[4]
Jika demikian, maka tasawuf bukan lagi menjadi tempat pelarian bagi sementara orang, namun merupakan suatu keniscayaan yang sungguh perlu diperhatikan oleh semua orang. Dan ketika itu, tasawuf akan eksis di tengah-tengah percaturan dunia modern. Dan di sinilah letak peranan dan tanggung jawab sosialnya.

BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.       Kesimpulan
Tasawuf mempunyai potensi besar karena mampu menawarkan pembebasan spiritual, mengajak manusia mengenal dirinya sendiri, dan akhirnya mengenal Tuhannya.
Tasawuf pada masa sekarang (kontemporer) mempunyai tanggung jawab sosial lebih berat dari pada masa lalu, karena kondisi dan situasinya lebih kompleks, sehingga refleksinya bisa berbeda.
Untuk memberi jawaban bagaimana tanggung jawab sosial tasawuf pada zaman sekarang ini, maka terlebih dahulu akan diketengahkan bagaimana ciri masyarakat modern itu.
Ciri-ciri pokok masyarakat modern ditandai oleh:
·      Berkembangnya massa culture.
·      Tumbuhnya sikap-sikap yang lebih mengakui kebebasan bertindak, manusia bergerak menuju perubahan masa depan.
·      Tumbuhnya kecenderungan berpikir rasional.
·      Tumbuhnya sikap hidup yang materialistik.
·      Meningkatnya laju urbanisasi.
Tanggung jawab sosial tasawuf pada masa sekarang yaitu:
·      Tanggung Jawab Spiritual
·      Tanggung Jawab Etik
·      Tanggung Jawab Politik
·      Tanggung Jawab Pluralisme Agama
·      Tanggung Jawab Intelektual
Tasawuf bukan lagi menjadi tempat pelarian bagi sementara orang, namun merupakan suatu keniscayaan yang sungguh perlu diperhatikan oleh semua orang. Dan ketika itu, tasawuf akan eksis di tengah-tengah percaturan dunia modern. Dan di sinilah letak peranan dan tanggung jawab sosialnya.

B.       Penutup
Demikain makalah tasawuf yang dapat penulis sajikan. Semoga pembahasan yang telah penulis paparkan di atas dapat bermanfaat bagi para pembaca. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kekeliruan atau kesalahan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kritik dan saran akan selalu penulis nantikan guna perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, Pustaka Pelajar. Glagah, Yogyakarta, 1999.
Atha Muzhar, Guru Pendidikan Agama Islam dan Perspektif Tantangan Hidup Beragama di Masa Depan. Balai Pustaka, Semarang, 1993.
http://www.Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban.Blogspot




[1] Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, Pustaka Pelajar, Glagah, Yogyakarta, Februari 1999. Hlm. 147 – 148.
[2] Atha Muzhar, Guru Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Tantangan Hidup Bergama di Masa Depan. Balai Pustaka, Semarang, 1993. Hlm. 11 – 12.
[3] Amin Syukur, Ibid. hlm. 122 - 124
[4] http://www.Nurcholish_Madjid.Islam AgamaPeradaban.Blogspot.